Wanita berparas ayu itu duduk di bangku taman yang rindang. Matanya terpaku pada seseorang yang sedang bermain basket bersama anak-anak kecil. Ia tersenyum ketika melihat lelaki tersebut tergelak tawanya karena tingkah anak-anak kecil itu.
Lelaki berperawakan tinggi itu memandang lurus ke arah sang wanita. Perlahan di tinggalkannya anak-anak tadi lalu menuju ke bangku sang wanita. Setelah duduk, sang wanita dengan lembut membersihkan keringat sang lelaki.
"Lelah? " tanya sang wanita sembari memamerkan senyumnya.
"Lumayan" jawab sang lelaki sembari menatap sang wanita tanpa rasa bosan.
"Apa yang kau lihat? " tanya sang wanita risih ditatap seperti itu.
"Dirimu" kata sang lelaki spontan. Sang wanita hanya tersenyum menanggapinya.
Waktu terus berjalan, seiring dengan berjalannya waktu, matahari mulai bersembunyi dibalik awan senja.
Mereka kini sudah berada dalam mobil jazz nerwarna putih, duduk berdampingan, sang lelaki dibalik kemudi. Lagu blues mengiringi perjalanan mereka mencari makan malam, ini sudah terjadi hampir 3 tahun dan mereka tak pernah bosan. Perbincangan ringan tidak asing bagi mereka, membicarakan hal yang menarik diantara mereka berdua.
" Kita mau makan dimana? " kata sang wanita memulai berbicara ketika lagu mulai berganti.
" Kamu mau dimana? " kata sang lelaki memutar balikkan pertanyaan sang wanita.
" Kenapa berbalik tanya? " jawab sang wanita tak mau kalah sambil menahan tawanya.
" Karena aku ingin ketempat yang kamu mau " jawab sang lelaki membalas pertanyaan sang wanita tak kalah jahil.
" Haha oke aku menyerah, kita ke kampung laut aja " jawab sang wanita sambil tersenyum.
" Oke langsung meluncur" kata sang lelaki sembari mengarahkan mobilnya menuju tempat yang diminta sang wanita.
Itu memang tempat kesukaan mereka sejak dulu mereka SMA, kuliah hingga sekarang setelah menjadi keluarga kecil. Tempat itu selalu menjadi pilihan. Terlalu banyak kenangan yang tak bisa digantikan disana.
Sesampainya disana suasana romantis sudah menjadi sambutan hangat mereka, tempat yang berpemandangan indah selalu menjadi tempat pilihan mereka berdua. Setelah pelayan datang dan memesan catatan mereka, sang lelaki menyandarkan punggungnya ke kursi. Lagi, ia memandangi sang wanita yang kini mulai asik melihat pemandangan disekitar yang kebetulan tidak begitu ramai.
" Apa lagi? " kata sang wanita memandang sang lelaki sambil tersenyum.
" Kamu tidak berubah" kata sang lelaki menghiraukan pertanyaan sang wanita.
" Apa perubahan yang kau harapkan ? " tanya sang wanita penasaran.
" Tak ada dan jangan pernah " jawab sang lelaki mantap.
" Aku tidak punya alasan untuk berubah, selama kamu masih disini mendampingiku, disini selalu menemaniku" kata sang wanita panjang lebar.
" Baguslah dan memang kau tidak boleh berubah karena selamanya kau milikku. Seutuhnya" kata sang lelaki sembari menggengam erat tangan sang wanita.
Memang sang wanita tak memiliki pilihan lain ketika pertama kali dia jatuh cinta kepada pemain basket di SMA nya dulu ini. Ia tak pernah berfikir sejauh ini ketika hampir 7 tahun yang lalu ia kesini bersama teman-temannya. Bersama lelaki yang duduk didepannya kini. Ia kembali mengingat saat lelaki tampan didepannya ini menyatakan cinta kepadanya, sebuah gitar menemaninya saat itu, ketika dia sedang bersama teman-temannya, lelaki itu datang sembari bernyanyi padanya menyatakan perasaanya lewat lirik lagu. Tahun berganti tahun ketika mereka mulai dewasa, sebuah pernikahan terlintas dibenak mereka. Pada malam itu, ketika sang wanita menuruti sang lelaki yang mengajaknya pergi ke luar kota, hal yang tak pernah ia bayangkan. Ya, Jogjakarta. Kota itu menjadi saksi bisu ketika sang lelaki meminta sang wanita mendampingi dirinya selama ia hidup, selama ia dapat membahagiakan sang wanita, selama yang ia mampu. Tak perlu bertanya, jelas sang wanita dengan senang hati menerima ajakan itu, bagaimana tidak lelaki yang mampu mengubah hidupnya menjadi lebih berwarna kini mengajaknya untuk hidup bersama, untuk hidup berdampingan selamanya. Hingga kini lelaki yang duduk dihadapannya berubah menjadi lebih matang, lebih dewasa tak merubah perasaannya sedikitpun terhadap dirinya. Tak ada kata lain selain bahagia menyelimuti jiwa dan raganya.
“ Hei” ucap sang lelaki mengejutkan wanita.
Seketika pikiran sang wanita berada ditempat itu. Ketika mereka berdua sedang
duduk.
“ Ada apa?” kata sang wanita tersenyum.
“ Tak ada apa-apa” kata sang lelaki dengan
senyum khasnya.
Ketika
malam mulai larut, mereka mulai terhanyut dalam nikmatnya makan malam romantis
ini. Perasaan takut membayang bayang diantara mereka berdua. Takut semuanya
akan berakhir tidak seperti yang mereka inginkan. Taku semuanya tak sepadan
dengan apa yang telah mereka perjuangkan. Kasih sayang yang hanya diberikan
kepada satu orang. Kehidupan yang hanya mereka jalani berdua. Masa depan yang
telah mereka berikan kepada satu sama lain. Mereka tak ingin saling membagi
orang yang disayang. Mereka hanya ingin seutuhnya mereka. Namun kenyataan bisa
berubah kapan saja, sesuai yang ia mau. Ketika waktu mulai merubah kulit cantik
menjadi kusam dan keriput. Ketika warna hitam rambut yang memikat itu berubah
menjadi putih beruban dan rontok. Ketika mata yang terlihat berkilat-kilat kini
mulai sendu. Tawa yang renyah menjadi hanya sebuah senyuman simpul. Raga yang
begitu bugar menjadi lemah dan tak berdaya. Ketakutan itu menjadi lebih luar biasa
ketika sebuah kematian dapat merenggut salah satu dari mereka tanpa
sepengetahuan mereka. Tanpa peringatan terlebih dahulu. Takut kenyataan pahit
mereka rasakan. Seperti hanya dapat melihat senyumnya dalam bingkai foto tanpa
dapat menyentuhnya kembali. Semua pikiran itu tak dapat dijelaskan dengan
kata-kata yang rinci. Semua itu hanya dapat diwakili oleh sebuah kalimat.
Alasan dari semua ketakutan itu.
Sang
lelaki memegang tangan sang wanita. Matanya menatap langsung menuju mata sang
wanita. Dan hanya sebuah kalimat sederhana terucap.
“Aku menyayangimu”
kata sang lelaki tersenyum.