Aku pernah berharap pada dirimu, yang kini entah kemana. Meninggalkan
luka begitu saja. Tanpa kembali menoleh. Tanpa kembali menyapa.
Aku tak ingin menahanmu. Sungguh. Aku juga bukan seorang pendendam, hanya saja aku tak pernah ingin kembali ke masa lalu.
Kini aku menulis bukan untuk agar kau membaca, aku hanya ingin berbagi yang aku tak tahu harus pada siapa.
Aku merindukanmu. Merindukan sosokmu yang misterius, kini aku tak segan mencari penggantimu. Karena memang itu yang harus aku lakukan.
Berharap pada seseorang baru, memimpikan masa depan dengannya, mengukir tiap moment yang tak terlupakan, bahkan hingga menikmati setiap pelukannya.
Bukankah memang harus seperti itu?
Dan jangan kan membenci, aku justru berterima kasih pada mereka yang telah menyakitiku. Karena mereka, esok aku akan lebih bahagia lagi. Aku hanya tak ingin teringat kembali akan namanya, akan wajahnya, akan rasa disetiap dekapannya.
Terima kasih.
Aku tak ingin menahanmu. Sungguh. Aku juga bukan seorang pendendam, hanya saja aku tak pernah ingin kembali ke masa lalu.
Kini aku menulis bukan untuk agar kau membaca, aku hanya ingin berbagi yang aku tak tahu harus pada siapa.
Aku merindukanmu. Merindukan sosokmu yang misterius, kini aku tak segan mencari penggantimu. Karena memang itu yang harus aku lakukan.
Berharap pada seseorang baru, memimpikan masa depan dengannya, mengukir tiap moment yang tak terlupakan, bahkan hingga menikmati setiap pelukannya.
Bukankah memang harus seperti itu?
Dan jangan kan membenci, aku justru berterima kasih pada mereka yang telah menyakitiku. Karena mereka, esok aku akan lebih bahagia lagi. Aku hanya tak ingin teringat kembali akan namanya, akan wajahnya, akan rasa disetiap dekapannya.
Terima kasih.
Bukan karena dia seseorang dari masa lalu, kau boleh membencinya.
Pernahkan kau membayangkan bertemu seseorang yang benar-benar kau idamkan?
Lelaki yang memiliki masa depan.
Lelaki yang menyuguhkannya didepanmu.
Ingin melangkah ke masa depan bersamamu.
Namun kau justru melepaskannya.
Ragu akan pilihanmu.
Sekarang yang seharusnya kau bersamanya,
kini justru sibuk mencari idaman lain.
Tak selamanya kau harus melihat kedepan.
Terkadang tengoklah kebelakang,
Apa dia masih menunggumu?
Jika Iya,
Apalagi yang kau tunggu?
Namun jika tidak,
Tetaplah berjalan kedepan, tak usah bersedih.
Kau hanya harus mencari Pria Idaman mu lagi.
Kesempatan kadang tak datang dua kali, kawan.
Bualan hanyalah sebuah kata
untaian kata yang tak sadar kau ungkapkan
menyakiti hatinya
menyakiti kepercayaannya
membunuh perasaannya
kau seperti ombak yang menghempas begitu kuat
membuat segala yang didepanmu tersakiti
aku ingin bertahan
namun kuatmu membuatku enggan
tak bisakah kau mengucap kata rindu dengan tulus?
Aku tak pernah seiri ini pada mereka,
yang sedang bergenggam tangan
saling mengucap nama nya dalam doa
Aku tak pernah merasa segila ini dalam hidup
saat kehampaan tak lagi dapat kau rasakan
Kesunyian hanyalah yakinan semata
keramaian tak bisa kau jangkau lagi
awan nan indah hanya menjadi suguhan mata
tak lagi berharga
sama seperti dirimu..
kemana perginya dirimu, saat aku tak ingin sendirian.