Barusan baca blognya @athasoemarko tentang pemilihan presiden jadi tertarik bahas ini dari sudut pandang gue, anak 18 tahun yang mengamati politik namun tak peduli.
Gue nggak tau apa semua anak muda kayak gitu, yang gue tau kebanyakan anak muda emang golput kan? alasan sederhanya, males. Kebanyakan anak muda juga memilih untuk nggak milih karena "buat apa? toh mereka nggak bisa merubah jadi lebih baik" ya nggak sih?
Anak muda sekarang terkesan realistis, memang banyak yang tau karena terpaksa, bagaimana tidak tanpa kita mau stasiun tv banyak membahas tentang politik, atau koran yang halaman pertama saja sudah politik lagi, tanpa kita tau banyak poster tentang pemilihan caleg lah, calon walikota lah, atau bahkan bendera partai-partai. Bukan hanya dijalan, mungkin dipusat taman kota atau bahkan didepan sekolah-sekolah. Kebanyakan media massa memang memprovokasi, tidak ditragukan lagi, banyak hal yang seharusnya sederhana justru di besar-besarkan. atau hal yang besar justru tak dibahas sama sekali. Ironis.
Dari media massa pula pikiran anak muda tentang politik mulai diracuni, atau mungkin dengan iming-iming harta, kekuasaan atau apalah itu.
Tak bisa di salahkan juga, tokoh politik yang mendaftar jadi capres adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan "lebih" sehingga banyak melibatkan orang penting dibelakangnya.
Sungguh, dari banyak ulasan dapat kita tau banyak capres jauh-jauh hari, kadang kita hanya menggeleng tak percaya atau justru meringis membayangkan negara Indonesia ditangan mereka.
Bukan kah seharusnya presiden benar-benar dari rakyat Indonesia? Bukankah bukan hanya harta yang harus mereka miliki?
Dasar dalam pribadi yang memiliki kepemimpinan serta keinginan yang besar untuk merubah negara ini menjadi setidaknya lebih baik itu lebih penting, dari pada memberi janji yang diumbar-umbar yang ternyata hanya untuk pemanis belaka.
Buat setidaknya anak muda, kami tidak bisa tertipu dengan iklan-iklan seperti itu, atau membayar media massa hanya untuk mengangkat mereka menjadi topik utama.
Kami dapat memilih dengan sadar dengan apa yang telah kami pertimbangkan lama-lama, perbuatan yang sejak dulu memang sudah ada, sudah mendasar dalam diri capres tersebut.
Rasanya konyol jika kita melakukan kesalahan yang justru memperburuk negara ini. Negara yang kita tinggal didalamnya, yang tumbuh didalamnya.
Yang ditakutkan bukan hanya rendahnya keikutsertaan rakyat dalam pemilu 2014 ini, tapi lebih dalam keinginan dalam memilih, kekhawatiran jika "calon presiden" tidak ada yang "sesuai" dengan negara ini atau justru kesalahan fatal dalam pemilu tersebut.
Sungguh, banyak hal yang mungkin banyak rakyat indonesia ingin ungkapkan namun memang tak semudah ini.
Pilihan apa lagi yang diharapkan selain melakukan perubahan? menjadikan negara ini INDONESIA menjadi lebih baik dimata rakyatnya sendiri.Selamat Membaca,
Claudia Tasya