Hari terakhir dikantor, waktu bikin ini juga dikantor
pasti nangis, haha aku gampang sekali menangis
aku baik baik saja, benar. mungkin yang sedang tidak baik adalah hatiku.
Aku kehilangan banyak orang dalam sehari, dan aku harus berusaha menghilangkan
semua kenangan yang sebenarnya tak mau aku lupakan.
Ini menyebalkan, aku paling benci perpisahan.
ada seseorang, aku tidak mau menyebut namanya, aku sedang berusaha tidak mengingatnya. Mungkin dia sedang baca ini sekarang dan sadar kalo dia orangnya.
Ada yang harus kita selesaikan, bicara padaku ada apa atau kenapa.
Aku nggak boleh pamit sama kamu?
oke balik ke perpisahan,
ini bukan perpisahan yang menyedihkan,
aku janji akan main lagi kesini.
Terima kasih sudah menjadi teman, sahabat dan keluarga.
Terima kasih untuk semua pengalaman, semua tawa, semua tangis, semua waktu.
Terima kasih :)
Claudia Tasya,
26 September 2014
pasti nangis, haha aku gampang sekali menangis
aku baik baik saja, benar. mungkin yang sedang tidak baik adalah hatiku.
Aku kehilangan banyak orang dalam sehari, dan aku harus berusaha menghilangkan
semua kenangan yang sebenarnya tak mau aku lupakan.
Ini menyebalkan, aku paling benci perpisahan.
ada seseorang, aku tidak mau menyebut namanya, aku sedang berusaha tidak mengingatnya. Mungkin dia sedang baca ini sekarang dan sadar kalo dia orangnya.
Ada yang harus kita selesaikan, bicara padaku ada apa atau kenapa.
Aku nggak boleh pamit sama kamu?
oke balik ke perpisahan,
ini bukan perpisahan yang menyedihkan,
aku janji akan main lagi kesini.
Terima kasih sudah menjadi teman, sahabat dan keluarga.
Terima kasih untuk semua pengalaman, semua tawa, semua tangis, semua waktu.
Terima kasih :)
Claudia Tasya,
26 September 2014
Apa? Aku baik baik saja. Hanya saja, kurang tidur. dan akan ada yang berubah. Pekerjaan baru. Teman baru. Kosan baru mungkin?. Atau suasana baru? aku tidak akan kemana mana jika memang harus begitu. Besok aku akan tulis lagi. Have a great friday.19 September 2014
Kamu,
Yang dulu ku pandang sebelah mata
Kamu,
Yang dulu menggangap ku tak penting
Aku bahkan tak mengerti,
Kenapa pertanyaan itu terus berada dikepalaku
Kenapa kau harus hadir dalam mimpiku
Membuatku kembali menggingat semua tentangmu
Hingga ingin tau keberadaanmu
Hingga ingin tau sedikit kabarmu
Tak apa bila kau tak merinduku
Bahkan menginggatku
Yang terpenting
Aku ingin tau kabarmu
Kalau boleh,
Aku ingin lihat wajah tampanmu
Apa yang sudah berubah?
Apa mungkin kini mata mu masih sama?
Ah, aku berharap sikap jahilmu masih sama
Lalu, kapan kau mau mencariku untuk memberi kabarmu?
Dan aku tak akan menghindar lagi,
Banyak hal yang ingin ku lakukan jika bertemu denganmu
Jika kau membaca ini,
Segera email aku :)
Aku pernah mencoba untuk menghindar,
atau aku pernah mencoba untuk memintamu pergi
dan sering kali aku pernah mencoba,
untuk membunuh perasaanku sendiri
terkadang aku tak ingin diposisi ini
dimana aku dan kamu terjebak dalam hubungan yang sulit
aku ingin bilang cukup, cukup untuk membuatmu terus terluka
aku ingin bilang pergilah, pergi karena aku tak sanggup terus melihatmu seperti ini
aku ingin bilang tetaplah disini, disini karena aku tak ingin menghadapinya sendirian
karena disaat ini,
yang sulit bukan hanya merelakanmu,
tapi berpura pura untuk tak merasakan
perasaan ini padamu
Barusan baca blognya @athasoemarko tentang pemilihan presiden jadi tertarik bahas ini dari sudut pandang gue, anak 18 tahun yang mengamati politik namun tak peduli.
Gue nggak tau apa semua anak muda kayak gitu, yang gue tau kebanyakan anak muda emang golput kan? alasan sederhanya, males. Kebanyakan anak muda juga memilih untuk nggak milih karena "buat apa? toh mereka nggak bisa merubah jadi lebih baik" ya nggak sih?
Anak muda sekarang terkesan realistis, memang banyak yang tau karena terpaksa, bagaimana tidak tanpa kita mau stasiun tv banyak membahas tentang politik, atau koran yang halaman pertama saja sudah politik lagi, tanpa kita tau banyak poster tentang pemilihan caleg lah, calon walikota lah, atau bahkan bendera partai-partai. Bukan hanya dijalan, mungkin dipusat taman kota atau bahkan didepan sekolah-sekolah. Kebanyakan media massa memang memprovokasi, tidak ditragukan lagi, banyak hal yang seharusnya sederhana justru di besar-besarkan. atau hal yang besar justru tak dibahas sama sekali. Ironis.
Dari media massa pula pikiran anak muda tentang politik mulai diracuni, atau mungkin dengan iming-iming harta, kekuasaan atau apalah itu.
Tak bisa di salahkan juga, tokoh politik yang mendaftar jadi capres adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan "lebih" sehingga banyak melibatkan orang penting dibelakangnya.
Sungguh, dari banyak ulasan dapat kita tau banyak capres jauh-jauh hari, kadang kita hanya menggeleng tak percaya atau justru meringis membayangkan negara Indonesia ditangan mereka.
Bukan kah seharusnya presiden benar-benar dari rakyat Indonesia? Bukankah bukan hanya harta yang harus mereka miliki?
Dasar dalam pribadi yang memiliki kepemimpinan serta keinginan yang besar untuk merubah negara ini menjadi setidaknya lebih baik itu lebih penting, dari pada memberi janji yang diumbar-umbar yang ternyata hanya untuk pemanis belaka.
Buat setidaknya anak muda, kami tidak bisa tertipu dengan iklan-iklan seperti itu, atau membayar media massa hanya untuk mengangkat mereka menjadi topik utama.
Kami dapat memilih dengan sadar dengan apa yang telah kami pertimbangkan lama-lama, perbuatan yang sejak dulu memang sudah ada, sudah mendasar dalam diri capres tersebut.
Rasanya konyol jika kita melakukan kesalahan yang justru memperburuk negara ini. Negara yang kita tinggal didalamnya, yang tumbuh didalamnya.
Yang ditakutkan bukan hanya rendahnya keikutsertaan rakyat dalam pemilu 2014 ini, tapi lebih dalam keinginan dalam memilih, kekhawatiran jika "calon presiden" tidak ada yang "sesuai" dengan negara ini atau justru kesalahan fatal dalam pemilu tersebut.
Sungguh, banyak hal yang mungkin banyak rakyat indonesia ingin ungkapkan namun memang tak semudah ini.
Pilihan apa lagi yang diharapkan selain melakukan perubahan? menjadikan negara ini INDONESIA menjadi lebih baik dimata rakyatnya sendiri.Selamat Membaca,
Claudia Tasya
Bukankah kau juga merasakan,
Panas matahari yang sama denganku..
Bukankah warna darah kita masih sama.
Tak seharusnya tanganku dingin,
saat tanpa sengaja tanganmu menyentuh tanganku..
Tak seharusnya perasaan itu ada disaat seperti ini
Dimana kau masih miliknya.
Dimana posisiku yang salah
Atau tatapan matamu yang salah
Atau pendengaranku yang salah,
Yang mendengar suaramu begitu lembut.
Menyangka - nyangka kau akan menjadi jodohku.
Bukan kah ini salah?
Baiklah. Jangan dilanjutkan.
Hubungan yang sejak awal sudah salah, akan terus berlanjut entah sampai kapan.
Aku pernah berharap pada dirimu, yang kini entah kemana. Meninggalkan
luka begitu saja. Tanpa kembali menoleh. Tanpa kembali menyapa.
Aku tak ingin menahanmu. Sungguh. Aku juga bukan seorang pendendam, hanya saja aku tak pernah ingin kembali ke masa lalu.
Kini aku menulis bukan untuk agar kau membaca, aku hanya ingin berbagi yang aku tak tahu harus pada siapa.
Aku merindukanmu. Merindukan sosokmu yang misterius, kini aku tak segan mencari penggantimu. Karena memang itu yang harus aku lakukan.
Berharap pada seseorang baru, memimpikan masa depan dengannya, mengukir tiap moment yang tak terlupakan, bahkan hingga menikmati setiap pelukannya.
Bukankah memang harus seperti itu?
Dan jangan kan membenci, aku justru berterima kasih pada mereka yang telah menyakitiku. Karena mereka, esok aku akan lebih bahagia lagi. Aku hanya tak ingin teringat kembali akan namanya, akan wajahnya, akan rasa disetiap dekapannya.
Terima kasih.
Aku tak ingin menahanmu. Sungguh. Aku juga bukan seorang pendendam, hanya saja aku tak pernah ingin kembali ke masa lalu.
Kini aku menulis bukan untuk agar kau membaca, aku hanya ingin berbagi yang aku tak tahu harus pada siapa.
Aku merindukanmu. Merindukan sosokmu yang misterius, kini aku tak segan mencari penggantimu. Karena memang itu yang harus aku lakukan.
Berharap pada seseorang baru, memimpikan masa depan dengannya, mengukir tiap moment yang tak terlupakan, bahkan hingga menikmati setiap pelukannya.
Bukankah memang harus seperti itu?
Dan jangan kan membenci, aku justru berterima kasih pada mereka yang telah menyakitiku. Karena mereka, esok aku akan lebih bahagia lagi. Aku hanya tak ingin teringat kembali akan namanya, akan wajahnya, akan rasa disetiap dekapannya.
Terima kasih.
Bukan karena dia seseorang dari masa lalu, kau boleh membencinya.
Pernahkan kau membayangkan bertemu seseorang yang benar-benar kau idamkan?
Lelaki yang memiliki masa depan.
Lelaki yang menyuguhkannya didepanmu.
Ingin melangkah ke masa depan bersamamu.
Namun kau justru melepaskannya.
Ragu akan pilihanmu.
Sekarang yang seharusnya kau bersamanya,
kini justru sibuk mencari idaman lain.
Tak selamanya kau harus melihat kedepan.
Terkadang tengoklah kebelakang,
Apa dia masih menunggumu?
Jika Iya,
Apalagi yang kau tunggu?
Namun jika tidak,
Tetaplah berjalan kedepan, tak usah bersedih.
Kau hanya harus mencari Pria Idaman mu lagi.
Kesempatan kadang tak datang dua kali, kawan.
Bualan hanyalah sebuah kata
untaian kata yang tak sadar kau ungkapkan
menyakiti hatinya
menyakiti kepercayaannya
membunuh perasaannya
kau seperti ombak yang menghempas begitu kuat
membuat segala yang didepanmu tersakiti
aku ingin bertahan
namun kuatmu membuatku enggan
tak bisakah kau mengucap kata rindu dengan tulus?
Aku tak pernah seiri ini pada mereka,
yang sedang bergenggam tangan
saling mengucap nama nya dalam doa
Aku tak pernah merasa segila ini dalam hidup
saat kehampaan tak lagi dapat kau rasakan
Kesunyian hanyalah yakinan semata
keramaian tak bisa kau jangkau lagi
awan nan indah hanya menjadi suguhan mata
tak lagi berharga
sama seperti dirimu..
kemana perginya dirimu, saat aku tak ingin sendirian.